Hai gadis penumpang angkot, maaf mengganggu, lagi
Aku hanya ingin bernyanyi dan minta dibayar
Dengan senyumanmu
Setiap hari;
Kan kuhirup asap knalpot dan udara kotor
Asal bisa menatap bening mata dan bersih hatimu
Tak apa paru-paruku
Tercemar polutan
Asal hatiku terisi bunga-bunga cinta karena melihatmu
Setiap hari;
Aku rela terbakar sinar matahari
Tapi jangan membakar hatiku dengan sikapmu yang dingin
Kulitku semakin hitampun aku ikhlas
Asal bisa menyaksikan putihnya paras dan tubuhmu
Karena aku telah terbiasa dengan hawa gersang di jalanan
Tapi tolong jangan membuatku gerah dengan bersama pria lain
Namun jika kau masih memberiku uang receh
Tiap kali aku bernyanyi
Kelak akan kukembalikan uang itu
Dalam bentuk cincin
Bolehkah kuminta potongan kuku tanganmu
dan enam helai rambutmu?
Sebagai pengganti pick dan senar gitarku
Sumpah Demi Cinta, bukan untuk memeletmu!
Aku memang tak punya motor atau mobil
Untuk bisa mengantar jemputmu
Tapi aku selalu punya lagu pengantar tidur
Dan nada-nada cinta penyambut pagi
Jika kau mau menjadikanku suami
Namun bila kau tetap memilih materi
Aku ingin memilih cara kematianku sendiri
Yakni, ingin ditabrak kendaraan yang kau tumpangi
Karena kengerian yang paling indah hanyalah
Mati di tangan orang yang dikasihi